Wednesday, February 21, 2018

ruju' dengan perbuatan


131. RUJU’  DENGAN PERBUATAN
1. Menurut Madzhab Hanafiyah: Boleh ruju’ dengan perbuatan. Adapun perbuatan yang  berarti ruju’, yaitu seperti menggaulinya, menyentuh sesuatu dari anggota badannya dengan syahwat, melihat farjnya dengan syahwat atau sesuatu yang khusus dilakukan bagi orang yang telah menikah.
2. Menurut Madzhab Syafi’i: Tidak ada  ruju’ dengan perbuatan seperti dengan  jima’ dan muqaddimahnya, walaupun   ia berniat untuk ruju’ dengan perbuatan tersebut. Karena  tidak ada suatu perbutan yang menunjukkan ruju’ sebagaimana tidak adanya pernikahan dengan perbuatan tersebut.
3. Menurut Madzhab Hanabilah:  ruju’ hanya dapat terjadi dengan jima’ saja, bukan dengan yang lainnya dari  muqaddimah jima’ seperti mencium dan menyentuhnya walaupun dengan syahwat,  baik dengan niat ataupun tidak. Karena selain dari jima’ tidak menunjukkan pada keinginan untuk meruju’nya.
4. Menurut Madzhab Malikiyah: Ruju’ dapat dilakukan dengan perbuatan  yang menunjukkan ruju’. Akan tetapi harus disertai dengan niat untuk meruju’nya melalui perbuatan tersebut. Namun ada salah satu ulama malikiyah yang berpendapat bahwa  ruju’ itu sah dengan perbuatan jima’ walaupun tanpa niat.
5. Menurut  Madzhab Ja’fariyah: sah ruju’ dengan perbuatan yang menunjukkan pada hal tersebut seperti jima’ atau muqaddimahnya jika ia melakukannya dengan syahwat  seperti mencium dan menyentuhnya.
6. Menurut  Madzhab Dzahiriyah: tidak sah ruju’ dengan perbuatan seperti dengan jima’. karena tidak ada dalil yang menunjukkan sahnya ruju’ dengan perbuatan.
7. Menurut  Pendapat yang rajih: jika  jima’ dengan niat ruju’ maka diakui rujunya karena perbuatan ini menunjukkan pada keinginan untuk ruju’. syaikh ibnu Taimiyah berkata dalam Fatawanya: sesungguhnya jima’ yang dilakukan oleh suami dengan niat ruju’ diakui ruju’nya dan ini riwayat dari Ahmad. ini dalah pendapat yang paling adil dan paling mendekati kebenaran.
Pendapat yang paling rajih:  muqaddimah–muqaddimah jima’  seperti mencium dan menyentuhnya dengan syahwat diakui ruju’nya jika perbuatan-perbuatan ini berasal dari suaminya dengan niat untuk meruju’nya atau berasal dari istrinya  tetapi dengan ridha suaminya.
فَإِمْسَاكُ بِمَعْرُوْفٍ
“tahanlah ia dengan cara yang baik.”
-Referensi: (Al-Mufashal fi ahkamil mar’ah, jilid. 8)


No comments:

Post a Comment